Roadmap Pengembangan Diri
Nidya Almira Xavier Herda Putri
111811133105
Pengembangan Diri B-1
111811133105
Pengembangan Diri B-1
Roadmap Pengembangan Diri
Semua orang itu berkembang, saya juga.
Ada banyak hal yang saya dapat melalui kelas Pengembangan Diri yang saya ambil di semester 3 ini, dari banyaknya hal yang saya pelajari, saya akan menjelaskan beberapa yang ada pada roadmap Pengembangan Diri saya.
#1 POLA INTERPERSONAL
- Perilaku asertif adalah perilaku dimana seseorang mampu menyatakan pemikiran dan opininya tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Dulu, saya termasuk ke dalam tipe yang 'pasif' dan tidak asertif sama sekali dalam hal berkomunikasi dengan orang lain. Jika menyebutkan posisi pola komunikasi saya, saya merasa saya termasuk ke dalam one-down position, dimana saya lebih memilih orang lain baik-baik saja -menang dengan keinginannya-, sedangkan saya sendiri mengalah. Namun, lama-kelamaan saya merasa tidak nyaman untuk terus mengalah, karena terkadang mengalah tanpa ada win-win solution membuat saya merasa terkadang tidak dihargai.
Sekarang, saya merasa lebih asertif, terutama sejak saya berlatih untuk berani bicara di depan umum. Pemikiran saya untuk bertindak lebih tegas dikarenakan pemikiran 'Kalau berargumen di depan umum saja bisa, kenapa di depan satu orang tidak berani?'
#2 EGO STATE
- Status ego terbagi menjadi tiga, yaitu Parent, Adult, dan Child. Parent lebih menekankan pada superego, Adult lebih mempertimbangkan ego, dan Child lebih menekankan pada id.
Dulu, saya merasa lebih condong ke arah status ego Child, hal ini karena saya sering merajuk dan tak mau menuruti keinginan orang-orang terdekat saya jika berlawanan dengan keinginan saya -Berbanding terbalik jika dihadapkan orang-orang luar seperti pada teman saya, saya akan cenderung mengeluarkan sisi 'palsu' saya dengan mengalah-
Sekarang, saya merasa lebih condong ke arah status ego Adult, lebih tepatnya ketika saya mulai merantau dan berpisah dengan orang tua saya, dan sejak saya menempuh pendidikan di fakultas Psikologi. Saya selalu berusaha mempertimbangkan keputusan saya -apa resikonya untuk saya dan apa pengaruhnya pada orang lain-, juga tidak mengutamakan sisi emosional saya ketika dihadapkan pada konflik.
#3 MBTI
- Tipe kepribadian saya tidak berubah dan tetap sama sejak pertama kali saya mencoba tes MBTI, yaitu ENFP.
- Extraversion, sisi ini membuat saya senang ada di keramaian, hal ini juga yang membuat saya senang untuk bicara di depan umum dan mulai belajar menjadi asertif. Saya senang berbicara pada siapapun, namun terkadang sisi ekstrovert ini yang membuat saya terkadang sulit menjadi pendengar yang baik untuk orang lain -Karena ingin langsung menimpal.
- Intuition, saya cenderung mengutamakan imajinasi saya dan tidak runtut menyampaikan pembicaraan, hal ini terkadang membuat orang bingung dan tidak paham.
- Feeling, dengan kata lain, saya lebih mengutamakan sisi sensitivitas saya daripada logika. Saya senang mengapresiasi orang, dan merasa tidak enak untuk menolak pendapat orang lain karena tidak ingin menyakiti perasaan mereka.
- Perceiving, dimana saya merasa bahwa saya adalah sosok yang fleksibel dan kurang suka terikat sesuatu yang terstruktur. Baiknya, saya merasa terkadang saya bisa menghadapi sesuatu yang datang secara dadakan dalam hidup saya dengan tenang dan cenderung santai.
#4 LEVELS OF LISTENING
- Bagaimana saya mendengarkan orang lain yang sedang berbicara pada saya.
Dulu, saya cenderung sering sekali melakukan Cosmetic Listening, dimana saya terlihat sok fokus dan seakan mendengarkan apa yang sedang dibicarakan lawan bicara saya, padahal sebenarnya saya memikirkan hal lain. Apalagi, jika ada pendapat lawan bicara yang bertentangan dengan pemikiran saya, saya akan langsung bicara dalam hati tentang apa yang tidak saya setujui, sehingga akhirnya saya tidak tahu apa yang selanjutnya ia bicarakan.
Sekarang, sejak bertambahnya usia dan sejak memasuki jurusan Psikologi ini, saya merasa level listening saya sudah meningkat, menjadi active listening. Meskipun saya akui, saya terkadang masih menimpali omongan teman saya, namun jika dihadapkan pada situasi tertentu, saya merasa mampu mengendalikan diri saya dan menjadi active listener, terutama ketika lawan bicara saya sedang menceritakan masalahnya.
#MIMPI
Semua orang berhak punya mimpi, dan menentukan seberapa besar mimpinya.
Menuliskan mimpi, yang juga menjadi salah satu tugas di mata kuliah ini, sejujurnya sempat saya takutkan, karena saya takut mimpi saya tidak terwujud dan hanya berakhir menjadi pajangan untuk dikenang di kemudian hari.
Namun, saya akan jauh lebih menyesal jika tidak pernah mencoba untuk mewujudkan mimpi saya, dan berakhir dengan rasa penyesalan dan terus bertanya pada diri sendiri: 'Seandainya dulu aku mencoba ..., Apa sekarang aku bisa jadi...?'
Menurut saya, mengikuti perkuliahan di kelas Pengembangan Diri bukan hanya sebagai kewajiban akademisi yang harus saya lakukan, namun juga tanpa sadar, saya telah melakukan refleksi diri di setiap materi yang ada. Dan karena itu juga, saya yakin saya telah dan akan terus mengembangkan diri saya.
Komentar
Posting Komentar