Ngobrol #2: Bicara Mimpi
Bicara mimpi, gambar yang ada di atas ini adalah mimpi-mimpiku. Mimpi, target, harapan, 'maunya sih gitu'. Aamiiiiin. Kalau boleh jujur, bikin ilustrasi mimpi-mimpi itu emang nggak sulit banget -selain susahnya ngumpulin niat, ya-, yang jauh lebih susah itu... Mewujudkannya, dan... Bersiap. Bersiap kalau seandainya mimpi itu nggak tercapai sesuai waktu yang udah kita desain.
Jujur aja, bukannya pesimis -walaupun ada pesimisnya-, tapi... Ada masa dimana aku pernah nggak mau nyoba punya mimpi sama sekali, dan alasannya cuma satu, karena nggak siap.
Dulu waktu SD, aku sering banget mimpi, yang sebagai anak SD pikir, pasti bisa. Ya namanya juga anak SD, nurut aja kalau dulu guru sering bilang kalau punya cita-cita setinggi langit itu bagus. Jadi, dulu, aku selalu punya mimpi untuk jadi mahasiswa Oxford University, wadaw. Bahkan, aku sampe nulisin cita-cita segede gaban itu di akun Facebook, coba tebak di bagian mana, hehe. Di bagian biodata! Tepatnya, di kolom 'Bersekolah di...' :D
Iya, sepengen itu dulu untuk mewujudkan mimpi. Bahkan, sampe nyari tahu biaya hidup di Inggris segala, padahal... SD aja belum lulus! Beranjak remaja, tepatnya awal SMA, aku mulai mikir kalau cuma orang-orang tertentu aja yang bisa kuliah di luar negeri. Kuliah di luar negeri aja susah, apalagi di Oxford! Jangankan ke luar negeri, masuk kampus favorit dalam negeri aja kayak nyerahin seluruh energi dalam tubuh.
Dari saat itu, aku mulai malas bermimpi, nggak malas sih... Cuma, malas bermimpi yang tinggi-tinggi. Mimpi-mimpiku saat itu cuma sebatas hal yang sebenernya bisa terwujud, tapi aku anggap -paksa- sebagai mimpi yang aku mau. Mimpiku saat itu... Masuk ke PTN, dapet IP di atas 3, dan bisa ikut exchange. Oke, kalau bagian ikut exchange, sampe sekarang masih aku anggep mimpi, tapi selain itu, cuma aku anggap target.
Ngomong-ngomong alasan malas bermimpi, sebenernya, dibandingkan malas, aku lebih merasa 'takut'. Coba bayangkan, kita punya mimpi yang besar, bahkan menargetkan tahunnya. Misalnya, aku mau masuk Oxford setelah lulus SMA. Tapi, nyatanya mimpi itu nggak terwujud karena waktunya udah lewat. Ketika kita ngeliat lagi ke masa lalu, ngeliat tulisan-tulisan kita tentang bagaimana inginnya kita kuliah di sana, dan ternyata nggak terwujud... Rasanya, aneh aja. Kecewa? Mungkin.
Makanya, sebenernya, ketika dapet tugas ini, yang bikin aku merasa sulit adalah bagaimana aku akan ngeliat gambaran-gambaran mimpi itu di masa depan. Apakah akan terwujud... dan kalau enggak, apa yang kira-kira aku rasakan?
Tapi, hidup itu nggak kayak main The Sims, nggak bisa diatur sebelum masa yang mendatangi kita. Nggak bisa milih-milih pasangan, bahkan nentuin mau kerja jadi apa. Dan disitulah yang bikin hidup itu unik. Karena sebenernya, semua itu bisa terjadi dalam hidup, seandainya kamu mau keluar dari zona aman di sekitar kamu. Mungkin kesannya konyol, atau terlalu mengada-ada kalau punya mimpi yang besar, tapi justru, ketika kamu udah nyoba dan ternyata belum berhasil, setidaknya kamu nggak akan penasaran di masa yang akan datang, dengan bertanya pada diri sendiri 'Seandainya dulu aku... Apa aku bisa jadi...?'
Semoga apa yang aku tulis di gambar ini, bukan cuma menjadi pajangan yang bisa dikenang suatu saat nanti.
-(Masih) Ditulis di sebuah kafe di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya, 2019.
Komentar
Posting Komentar